Selamat datang di beranda
TERCIPTA HANYA UNTUK SANG PENCIPTA
silahkan baca artikel-artikel kami

judul widget leftbar

TERCIPTA HANYA UNTUK SANG PENCIPTA

Sambut Hari Bumi Sejak Dini




Menyambut Hari Bumi Sedunia ke-42 yang jatuh pada tanggal 22 April 2012, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia turut aktif menggelar berbagai kegiatan.  Kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Bumi ini diprakarsai oleh para mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan  Biro Perencanaan Kerja sama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dari prodi Teknik Sipil, Arsitektur, dan Teknik Lingkungan. 


Hari bumi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap lingkungan, demikan ungkap Eva Hapsari, selaku ketua panitia kegiatan Hari Bumi.  Menurut Eva, peristiwa gempa Aceh 8,5 SR yang baru-baru ini terjadi dan berbagai bencana alam yang terjadi sebelumnya telah mengindikasikan betapa telah tuanya bumi sebagai tempat tinggal yang kita diami selama ini. Hari bumi terkadang tidak diketahui oleh sebagian kalangan masyarakat karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan.
Hal inilah yang terkadang menjadi salah satu faktor tidak pedulinya akan hari-hari besar lingkungan hidup, 
papar mahasiswi Teknik Lingkungan angkatan 2010 ini. “Love Earth and Go Green” merupakan tema sekaligus yel-yel  yang diusung dalam acara peringatan Hari Bumi kali ini. Serangkaian  kegiatan yang berlangsung pada tanggal 21-22 April 2012 digelar di SDN Krawitan Sleman Yogyakarta. 

Dekan FTSP, Prof. Mochamad Teguh, MSCE, Ph.D, mengungkapkan dengan diselenggarakannya kegiatan ini diharapkan dapat membuka kesadaran siswa-siswi SD sejak dini untuk terus menjaga dan melestarikan 
lingkungan tempat mereka tinggal. Kedepannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat kepada lingkungan semenjak dini, disertai dengan tindak lanjut penghijauan dan lainnya, sehingga menciptakan masyarakat yang kreatif, inovatif dan cinta terhadap bumi.  


Berbagai kegiatan yang digelar dalam rangka Hari Bumi ini diantaranya meliputi kegiatan penyuluhan, Senam 
bumi sehat, Lomba menggambar dan berkreasi dengan sampah, serta penanaman sebanyak 42 bibit pohon di pekarangan sekolah. Dalam penanaman pohon ini, panitia dan pihak sekolah telah menyepakati kerjasama untuk merawat pohon secara bersama-sama dengan pemantauan satu bulan sekali secara rutin. 

Hal tersebut dimaksudkan agar siswa-siswi SD sebagai calon generasi penerus bangsa bisa memiliki sifat memelihara lingkungan dari hal-hal yang kecil seperti ini. Selain dari pihak fakultas, kegiatan ini juga didukung oleh Pusat Studi Lingkungan UII dan Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.  Any Juliani ST, MSc, selaku Direktur PSL UII, mengatakan dengan diadakannya peringatan Hari Bumi yang diterapkan 
pada siswa/i SD Krawitan Sleman Yogyakarta ini, akan menjadi pembelajaran diantaranya yaitu kerjasama, kepercayaan diri lebih kuat, sportifitas, dan kesadaran betapa pentingnya menjaga lingkungan sejak dini tanpa mengesampingkan aspek akademik, papar Any yang juga dosen Teknik Lingkungan UII.

penulis : eva hapsari
editing : sekretaris dekan (Renny Wijaya)

Radio UNISI 104.5 FM

     Dalam semaraknya dampak pemanasan global yang mengakibatkan suhu udara di lingkungan semakin tinggi, terutama di wilayah kota pelajar Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Ing. Ir. Widodo Brontowijoyo.MSc selaku Ketua Pusat Studi Perubahan Iklim dan Kebencanaan (PuSPIK) sekaligus Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) ikut berpartisipasi mengenai global climate change dan memberi banyak solusi tentang permasalahan tersebut dengan mengajak para mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UII yaitu Eva Hapsari, Dodit Ardiatma, Saprian, Hadi Sunapsih. Menurut beliau, Gas Rumah Kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global secara alami memang sudah ada, hanya karena ulah manusia yang malah menjadi penyumbang emisi karbon terbesar yaitu penggunaan parfum relatif tinggi, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
     Untuk meminimalisir pemanasan global versi mahasiswa, Eva berkomentar bahwa sebagai pelajar kota Yogyakarta, hendaknya kita menemukan ide-ide solusi untuk permasalahan emisi karbon yang ada seperti membuat briket sebagai energi terbarukan yang mana asap yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan bisa menjadi alternatif pengganti minyak tanah dan jawaban untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah yang belum bisa mendapatkan subsidi rutin untuk mendapatkan gas LPG. Begitu juga dengan solusi yang dikemukakan Dodit tentang makanan yang layak dikonsumsi adalah vegetarian, bukan berupa daging-dagingan karena sektor peternakan di Indonesia menghasilkan karbon yang lebih besar dari kendaraan dan industri.

LINTAS LINGKUNGAN TL UII


Lintas Lingkungan (LILIN) adalah suatu kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh mahasiswa untuk mahasiswa baru yang bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi antar mahasiswa atau biasa disebut malam keakraban. “Be the great generation for the great achievment” merupakan tema dari kegiatan ini, dimana diharapkan setelah acara makrab berlangsung, terpupuk pada diri seorang mahasiswa menjadi generasi yang berprestasi di segala bidang. 
    Sesuai dengan konsep yaitu keislaman,intelektual,kebersamaan,kepedulian dan kelembagaan mampu mendidik mahasiswa menjadi lebih ‘jago’ dalam menerapkan nilai-nilai positif seperti halnya yang dicontohkan dalam kegiatan ini : bershodaqoh kepada masyarakat yang membutuhkan,tadarus, sholat tahajud, budaya sholat wajib berjama’ah,menjaga kebersihan lingkungan sesuai dengan salah satu hukum alam “jangan meninggalkan apapun selain jejak” yang berpedoman dengan salah satu hadist shohih “Annadhofatu minal iman”.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 8,9,10 Oktober 2011 tepatnya di area Sekipan, Tawangmangu ini membangun jiwa mahasiswa agar lebih akrab bergulat dengan alam. Sebagai calon seorang environmentalist perlu adanya kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan baik dampak positif yang harus kita jaga kelestariannya serta dari dampak negatif yang mana kita harus menganalisis dampak lingkungan yang ada sesuai dengan materi perkuliahan yang diterapkan di realita kehidupan. Caraka siang dan malam, pengenalan kelembagaan, games, malam puncak inagurasi dan pentas seni, pengenalan lebih dekat tentang lingkungan dengan pemateri dosen JTL Awaluddin Nurmiyanto, ST.MT . Beliau sangat mendukung adanya kegiatan ini karena mahasiswa bisa mendapatkan pengalaman yang belum tentu didapatkan di masa perkuliahan.
“LILIN 2011 enjoy!!!”, seru 74 peserta makrab ini menandakan semangat yang membara untuk mengikuti rangkaian acara yang telah disusun begitu rapi oleh panitia. Acara ini di rancang sebagaimana mungkin agar tidak terkesan monoton tetapi berbobot serta menyenangkan seperti yel-yel para peserta. Kami berharap, adanya kegiatan ini adalah mengembangkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sosial, meningkatkan kemampuan intelektual di bidang non akademik, meningkatkan rasa solidaritas dan kebersamaan di Teknik Lingkungan, menumbuhkan  rasa kepedulian terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, dan memunculkan  minat berorganisasi di lingkungan kampus FTSP UII.

OSPEK FAKULTAS MEMBAWA BERKAH


Sebelum menjalankan aktifitas layaknya mahasiswa lainnya, MABA (Mahasiswa Baru) harus melampaui agenda yang bertujuan untuk saling mengenal dan mudah beradaptasi di lingkungan baru mereka yaitu OSPEK. Di Universitas Islam Indonesia (UII), Ospek dibagi menjadi dua tahap yaitu ospek universitas/PESTA(Pesona Ta’aruf) dan ospek fakultas. Pada tanggal 10-11 September 2011, salah satu fakultas di UII yaitu Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) mengadakan ospek fakultas atau kerap disebut PEKTA (Pekan Ta’aruf). Begitu meriahnya agenda tersebut dihiasi atribut MABA-MIBA yang sangat sensasi dan penuh warna dengan para panitia yang begitu semangat menyambut adek tingkat di kampus baru yang sebagian besar mengorbankan waktu liburan lebaran 2 hari sebelum aktifitas belajar mengajar dimulai.
‘Ospek adalah suatu kegiatan dengan tindak kekerasan / aksi balas dendam, benarkah??wah,hari gini bukan jamannya lagi. Menurut saya, OSPEK adalah area silaturrahmi dan mengakrabkan sesama mahasiswa baru maupun lama dengan guru paling jitu yaitu pengalaman. Apabila semua rangkaian acara ini di lihat dari segi positifnya ataupun diambil hikmahnya, maka semua akan terasa tidak terbebani. Seperti halnya, MABA diteriakin atau dimarahin oleh kakak tingkatnya dengan intonasi suara yang tinggi, itu suatu pengalaman tuk menguatkan mental pada diri kita dan tidak mudah tersinggung serta mengambil sisi baiknya untuk kedepannya semisal ketika bekerja di suatu perusahaan dan dimarahin oleh direkturnya, mental untuk hal seperti itu sudah tidak di ragukan lagi.   “Aku cinta FTSP!Aku cinta FTSP!Aku cinta FTSP!”, teriakan MABA-MIBA. Hal tersebut juga merupakan wujud usaha panitia untuk mempersatukan jiwa MABA dalam satu tujuan dengan landasan kekompakan yang terjalin ketika wajah-wajah baru beradaptasi. Awal yang bagus untuk menjalin kerjasama dalam hal positif di langkah selanjutnya.
Berkat Ospek fakultas, rekan-rekan jurusan Teknik lingkungan 2010 berlatih menjadi seorang teknisi yang bersosial dimana seusai menfasilitasi adek tingkat dengan atribut yang begitu variatif, kami melakukan aksi jalanan disepanjang area kampus Jalan Kaliurang KM 14,5 hingga KM 6 yaitu berbagi kesenangan dengan orang yang layak mendapatkannya dan mengisi bulan syawal lebih berwarna. Sesuap nasi yang diberikan untuk segenap satpam di kampus dan beberapa karyawan yang baru merenovasi beberapa gedung kampus, beliau-beliau juga termasuk pahlawan tanpa tanda jasa yang mengabdi bukan semata-mata hanya karna kebutuhan diri sendiri. Dilanjutkan bersilaturrahmi di suatu tempat rehabilitasi orang-orang cacat (YAKKUM) yang bertempat ± 1 kilometer dari kampus, senyuman hangat disambut oleh para pasien. Begitu terharu ketika saya dan rekan-rekan berinteraksi dengan mereka yang begitu sopan santun menyambut tamu yang tak dikenal sebelumnya. “Saya senang adek-adek bisa main kesini, kami berharap kehadiran adek-adek lagi di kemudian hari dan terimakasih sekali mahasiswa generasi muda seperti kalian mau mengunjungi tempat ini, sampaikan salam kepada rekan-rekan UII mohon maaf lahir batin”, ujar salah satu pengurus Yakkum. Aksi jalananpun masih berlanjut dengan sisa-sisa energi yang terkuras semalaman membuat atribut MABA. Terlihat kakek tua, para anak kecil di jalanan,dan segenap pengemis dengan botol bekas kosong, belum mendapatkan logam belas kasih untuk sesuap nasi dari para pengguna jalan dikarenakan jalanan masih sunyi karena masih memasuki 10 hari setelah lebaran. Ketika seorang bocah kecil yang di gandeng oleh ibunya untuk berdendang dengan serangkai tutup botol yang tersusun rapi kami wawancara, ‘adek sudah makan?adek sekolah tidak?kenapa adek ikut mengamen,Bu?’ tanya kami. Ibu itupun menjawab : “anak saya belum makan dari pagi tetapi anak saya masih sekolah, dia membantu ibu untuk mencari uang sebelum sekolahnya masuk”. Subhanallah, siapa yang ingin dilahirkan menjadi anak seorang pengemis?batin saya. Kamipun hanya bisa membantu semampunya dengan berpesan, ”adek sekolahnya yang rajin supaya pintar” dan sibocahpun tersenyum lebar.
Kami memang bukan ahli sosial, tetapi kami berusaha menjadi teknisi yang berjiwa sosial tinggi. Terlebih keterkaitannya dengan Teknik Lingkungan yang spesifikasinya mempelajari lingkungan sekitar, tidak hanya menganalisis dampak lingkungan di perusahaan-perusahaan, tanggap darurat bencana alam, mengolah air minum yang sehat dan baik di konsumsi, ataupun mendesain sampling pembuangan air limbah yang benar di suatu proyek tetapi untuk peduli dengan masyarakat di lingkungan kita itu juga merupakan suatu kewajiban. Dari ospek fakultas kali ini benar-benar membawa berkah untuk lebih bersyukur kepada Allah dan membangun jiwa tenggang rasa kepada sesama.

TRADISI LEBARAN DAN TREND "SAMPAH BARU"

 Kini, petasan adalah salah satu kebutuhan primer untuk menyambut datangnya Hari Kemenangan Islam (lebaran). Hal tersebut sangat berdampak besar bagi produsen petasan untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda tanpa memikirkan dan bertanggung jawab penuh dengan apa yang mereka produksi. Di seluruh penjuru kota maupun desa, demam petasan memang belum ada obatnya, bahkan dikalangan pedesaanpun masyarakatnya gemar membuat petasan sendiri-sendiri dengan kreativitasnya. “Semakin besar suara petasan yang dihasilkan, akan semakin meriah pula suasana sekitar “, ujar salah seorang warga. Tetapi bagaimana dengan dampak yang diperoleh? Semakin banyak korban luka bakar, rumah hangus, dan petasan inilah penyumbang terbesar volume sampah di lingkungan sekitarnya. Petasan itu sendiri mengandung bahan belerang dan bahan kimia seperti ledakan percikan api yang berbahaya untuk bangunan dan kendaraan (bensin),
Di sisi lain, petasan adalah penyemarak karnaval untuk takbir lebaran. Hal ini juga tidak bisa di elakkan lagi, terlebih melihat masyarakat ekonomi menengah kebawah untuk mendapatkan penghasilan yang begitu drastis hingga ratusan ribu perhari hanya dengan menggulung kertas dan dengan adonan bahan kimia sebagai bahan peledaknya dengan berbagai macam jenis petasan antara lain tank baja yang bisa berjalan, petasan bantng, petasan asap, petasan air mancur, petasan kupu-kupu, petasan gangsing dan lain-lain.
Siapa yang harus disalahkan ketika semua siklus demam petasan tersebut terus berputar? Salah satu jawaban permasalahan ini adalah lingkungannya. Dimana dilihat dari segi limbah petasan adalah dengan menggunakan system 3 R (Reuse-Reduce-Recycle) sampah untuk salah satu bahan bakunya yaitu kertas. Kertas tersebut bisa di olah kembali untuk dijadikan suatu kreasi produk dalam negri seperti halnya bubur kertas dengan adonan kanji dan di bentuk diatas triplek bekas dengan susunan paku sesuai gambar yang akan di buat dan di warnai dengan cat semenarik mungkin. Usaha tersebut bisa mengajak masyarakat untuk mengurangi tingkat pengangguran setelah demam petasan usai. Jika ditinjau dari lingkungan produsen, demi ketentraman warga,diharapkan pembuatan petasan ini untuk meminimalisir zat kimia yang ada tanpa mengurangi kualitas petasan. Hal ini menjadi pandangan positif adanya petasan dengan tidak lagi mengkhawatirkan  kerugian dari petasan dan tetap menjadi penyemarak hari kemenangan.

MEMBRAN BIOREAKTOR




DEFINISI
Bioreaktor membran (BRM) merupakan teknologi pengolahan limbah yang mengkombinasikan proses biologis untuk mendegradasi limbah dan proses membran untuk pemisahan biomassa. Membran menggantikan peran kolam sedimentasi untuk memisahkan padatan dan cairan pada teknologi konvensional (lumpur aktif). Dengan membran, kinerja pemisahan menjadi lebih baik karena pemisahan tidak lagi dibatasi oleh kondisi hidrodinamik lumpur seperti waktu tinggal lumpur (SRT, sludge retention time), waktu tinggal cairan (HRT, hydraulic retention time) serta laju pembuangan lumpur. (Bumiridho,2008).
PROSES
Proses yang terjadi di dalam bioreaktor mirip dengan lumpur aktif konvensional (conventional activated sludge, CAS), di mana zat organic di dalam air limbah akan didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme aerob kemudian terjadi pemisahan solid (lumpur). Bedanya, pada MBR proses pemisahan solid dilakukan menggunakan membran sementara pada CAS pemisahan solid dilakukan secara gravitasi di dalam tangki pengendap. Perbandingan antara MBR dengan CAS  dapat dilihat pada gambar berikut:



Beberapa fitur utama dari MBR antara lain:
1.       Tidak memerlukan bak pengendap (clarifier) sehingga dapat menghemat penggunaan lahan
2.       Konsentrasi MLSS (mixed liquor suspended solids) yang tinggi
3.       Pembuangan lumpur dapat dilakukan langsung dari dalam reaktor
4.       Kualitas efluen hasil pengolahan yang tinggi sehingga air hasil olahannya dapat digunakan kembali
          (Anonim 1, 2011).


Unit pengolahan air limbah konvensional (proses lumpur aktif) memiliki beberapa kelemahan, antara lain kualitas air efluen rendah, perlu lahan yang luas, dan konsumsi energi yang tinggi. Bioreaktor membran sebagai kombinasi proses lumpur aktif dan membran diharapkan dapat mengatasi kendala pada proses lumpur aktif konvensional dengan memberikan sistem pengolahan air limbah yang kompak dan memenuhi standar mutu yang ditentukan. Namun, adanya fouling sebagai kendala utama pemakaian membran akan mengakibatkan fluks menurun secara tajam.(Parinderati,2007).

FUNGSI

Membrane Bioreactor yang mempunya fungsi atau peranan
1. Mengantikan fungsi Chalrifier dalam proses pengolahan limbah Biologi Konvensional.
2. Memper kecil kebutuhan Area WWT/IPAL
3.Meningkatkan nilai MLSS . (Sumpono,2011).
KONFIGURASI 
Internal / terendam
Unsur filtrasi dipasang baik di dalam kapal bioreaktor utama atau di dalam tangki terpisah. Membran dapat sheet datar atau berbentuk atau kombinasi keduanya, dan dapat menggabungkan sistem backwash online yang mengurangi fouling membran permukaan dengan memompa membran berpermeasi kembali melalui membran. Dalam sistem dimana membran berada dalam tangki terpisah untuk bioreaktor membran kereta individu dapat diisolasi untuk melakukan pembersihan rezim menggabungkan membasahi membran, namun biomassa harus terus dipompa kembali ke reaktor utama untuk membatasi meningkatkan konsentrasi MLSS. aerasi tambahan juga harus menyediakan menjelajahi udara untuk mengurangi fouling. Dimana membran dipasang di reaktor utama, modul membran dikeluarkan dari kapal dan dipindahkan ke offline pembersihan tangki.

Eksternal / sampingan

Unsur-unsur eksternal filtrasi dipasang ke reaktor, sering dalam ruangan pabrik. biomassa adalah baik dipompa langsung melalui sejumlah modul membran dalam seri dan kembali ke bioreaktor, atau biomassa yang dipompa ke bank modul, dari yang pompa kedua bersirkulasi biomassa melalui modul secara seri. Membersihkan dan perendaman membran dapat dilakukan di tempat dengan penggunaan pompa tangki terpasang pembersih, dan pipa. (Anonim 2, 2011)



3 DIMENSI MEMBRAN REAKTOR


TAMPAK SAMPING


 TAMPAK ATAS

TAMPAK DEPAN

Pada gambar diatas, dikemukakan gambar 3 Dimensi dengan aplikasi GOOGLE SKETCHUP untuk memenuhi tugas pemrograman komputer persyaratan UAS semester II Teknik Lingkungan UII



Tes Paragraf

Judul widget rightbar

Template Oleh trikmudahseo