Pemerintah berencana mengurangi lagi subsidi BBM sebagai dampak defisitnya APBN. Kebijakan tersebut berimbas naiknya kebutuhan rumah tangga, seperti gas dan minyak tanah. Tak ayal, kebutuhan rumah tangga lainnya akan menyusul naik. Mahasiswa Teknik Lingkungan FTSP UII, Eva Hapsari dibantu Annisa Rahmatika, berupaya mencari jalan keluar khususnya bagi warga masyarakat Panggungharjo Sewon Bantul, dengan menciptakan bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah dan gas dengan pembuatan briket serbuk gergaji.
Briket sendiri bahan bakar karbon dalam suatu bentuk yang variatif di produksi dari limbah bahan organik maupun turunannya yang masih mengandung sejumlah energi. Penggunaan serbuk gergaji sebagai bahan dasar briket diambil karena di dalam kayu terdapat rantai karbon yang sangat berperan dalam proses pembakaran. Serbuk gergaji yang diambil dalam penelitian ini berasal dari limbah industri kayu yang dibuang begitu saja tanpa ada pengolahan limbah secara optimal, sehingga limbah tersebut bisa di daur ulang dan dimanfaatkan kembali.
Karya dua mahasiswi FTSP UII penerima Beasiswa Unggulan dari BKPLN Kemendiknas RI menjadi salah satu topik yang diangkat dalam Seminar Nasional IBE (Innovation on Built Environment) FTSP UII, Jumat, 24 Desember 2010.
“Pembuatan briket serbuk gergaji dari kayu jati ini menggunakan metode yang sangat sederhana karena bahan-bahan yang digunakan mudah dijangkau dan didapat oleh masyarakat”, kata Eva Hapsari.
Prosesnya, lanjut Eva, dimulai dengan mencampurkan air dan tepung kanji (1:9) lalu direbus hingga mendidih. Setelah itu, serbuk gergaji dicampurkan ke dalam adonan lem kanji, lalu diaduk hingga merata. Siapkan potongan bambu berukuran 10 cm untuk cetakan adonan yang telah dibuat lalu tunggu serbuk gergaji hingga kering. Kemudian cetakan dilepas dan dikeringkan kembali, maka briket tersebut siap untuk disajikan. “Perbandingan (1:9) itu sendiri penting diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari segi kepekatan”, tambah Eva.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, penelitian yang dilakukan Mahasiswa angkatan 2010 penerima beasiswa Unggulan dari BKPLN Kemendiknas ini menggunakan tiga variabel, yakni briket serbuk gergaji, briket serbuk gergaji yang dilumasi oli, dan briket serbuk gergaji yang dilumasi minyak goreng. Ketiganya dipanaskan dan dibakar layaknya penggunaan arang.
Pencampuran briket dengan oli dan minyak goreng akan memperbesar pori pori sehingga mempermudah udara masuk ke dalam briket yang mengakibatkan cepatnya reaksi oksidasi (pembakaran). “Terbukti, briket serbuk gergaji lebih cepat menyala kurang lebih 20 menit dan tahan lama. Hal ini dikarenakan rantai karbon dan Massa Relatif (MR) oli lebih pendek dari pada minyak goreng sehingga penyalaan bisa lebih lama dan awet,” ujar Eva.
Pakar Lingkungan UII, Dr-Ing. Widodo Brontowiyono menilai, penelitian ini memiliki nilai ganda. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari serbuk gergaji ini. Selain sebagai alternatif bahan bakar pengganti minyak tanah, bahan ini juga berguna untuk meminimalisir sampah industri, solusi nilai ekonomi masyarakat khususnya menengah ke bawah, hingga terciptanya peluang bisnis. “Jadi briket dari serbuk gergaji merupakan salah satu solusi sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah yang efisien. Sangat disayangkan apabila sampah yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal, dibiarkan begitu saja tanpa adanya daur ulang”, kata Dosen Prodi Teknik Lingkungan.
Dr.Ing. Widodo Brontowiyono yang juga pembimbing karya dua mahasiswi UII tersebut menyampaikan, penelitian yang dilakukan ini akan didorong untuk diteruskan ke karya yang lebih detail lagi sehingga mempermudah menuju pencapaian Hak Paten.
“Penelitian ini sangat berharga untuk mengatasi problem masyarakat. Oleh karena itu, pihak UII akan berusaha membantu mencarikan dana untuk meneruskan penelitian lanjutannya,” tambah Widodo yang juga Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII
Karya dua mahasiswi FTSP UII penerima Beasiswa Unggulan dari BKPLN Kemendiknas RI menjadi salah satu topik yang diangkat dalam Seminar Nasional IBE (Innovation on Built Environment) FTSP UII, Jumat, 24 Desember 2010.
“Pembuatan briket serbuk gergaji dari kayu jati ini menggunakan metode yang sangat sederhana karena bahan-bahan yang digunakan mudah dijangkau dan didapat oleh masyarakat”, kata Eva Hapsari.
Prosesnya, lanjut Eva, dimulai dengan mencampurkan air dan tepung kanji (1:9) lalu direbus hingga mendidih. Setelah itu, serbuk gergaji dicampurkan ke dalam adonan lem kanji, lalu diaduk hingga merata. Siapkan potongan bambu berukuran 10 cm untuk cetakan adonan yang telah dibuat lalu tunggu serbuk gergaji hingga kering. Kemudian cetakan dilepas dan dikeringkan kembali, maka briket tersebut siap untuk disajikan. “Perbandingan (1:9) itu sendiri penting diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari segi kepekatan”, tambah Eva.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, penelitian yang dilakukan Mahasiswa angkatan 2010 penerima beasiswa Unggulan dari BKPLN Kemendiknas ini menggunakan tiga variabel, yakni briket serbuk gergaji, briket serbuk gergaji yang dilumasi oli, dan briket serbuk gergaji yang dilumasi minyak goreng. Ketiganya dipanaskan dan dibakar layaknya penggunaan arang.
Pencampuran briket dengan oli dan minyak goreng akan memperbesar pori pori sehingga mempermudah udara masuk ke dalam briket yang mengakibatkan cepatnya reaksi oksidasi (pembakaran). “Terbukti, briket serbuk gergaji lebih cepat menyala kurang lebih 20 menit dan tahan lama. Hal ini dikarenakan rantai karbon dan Massa Relatif (MR) oli lebih pendek dari pada minyak goreng sehingga penyalaan bisa lebih lama dan awet,” ujar Eva.
Pakar Lingkungan UII, Dr-Ing. Widodo Brontowiyono menilai, penelitian ini memiliki nilai ganda. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari serbuk gergaji ini. Selain sebagai alternatif bahan bakar pengganti minyak tanah, bahan ini juga berguna untuk meminimalisir sampah industri, solusi nilai ekonomi masyarakat khususnya menengah ke bawah, hingga terciptanya peluang bisnis. “Jadi briket dari serbuk gergaji merupakan salah satu solusi sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah yang efisien. Sangat disayangkan apabila sampah yang bisa dimanfaatkan untuk banyak hal, dibiarkan begitu saja tanpa adanya daur ulang”, kata Dosen Prodi Teknik Lingkungan.
Dr.Ing. Widodo Brontowiyono yang juga pembimbing karya dua mahasiswi UII tersebut menyampaikan, penelitian yang dilakukan ini akan didorong untuk diteruskan ke karya yang lebih detail lagi sehingga mempermudah menuju pencapaian Hak Paten.
“Penelitian ini sangat berharga untuk mengatasi problem masyarakat. Oleh karena itu, pihak UII akan berusaha membantu mencarikan dana untuk meneruskan penelitian lanjutannya,” tambah Widodo yang juga Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII
0 komentar
Silahkan Beri Komentar Saudara...